Aksara Jawa merupakan salah satu aksara tradisional yang berkembang di pulau Jawa pada khususnya. Aksara Jawa merupakan turunan dari aksara brahmi india melalui perantara aksara Kawi yang masih berkerabat dekat dengan aksara Bali. Dalam penulisan aksara Jawa ditulis tanpa menggunakan spasi antar kata.
Asal usul aksara Jawa
Menurut legenda aksara Jawa hanacaraka diciptakan oleh Ajisaka. Ajisaka adalah seorang penguasa kerajaan Medang Kamulan ,ia memiliki dua abdi setia yang bernama Dora dan Sembada. Pada awalnya Ajisaka mengutus salah satu abdinya yaitu dora untuk menemui sembada dan membawakan pusakanya.
Akan tetapi saat Dora mendatangi sembada dan menyampaikan tentang perintah dari Ajisaka Sembada menolaknya. Sembada menolaknya karena sesuai perintah dari Ajisaka sebelumnya bahwa tidak ada yang boleh membawa pusaka tersebut selain Ajisaka. Karena kesalahpahaman itu membuat kedua abdi saling mencurigai bahwa masing-masing bermaksud untuk mencuri pusaka itu.
Pada akhirnya Sembada dan Dora saling bertarung sehingga menyebabkan keduanya meninggal. Di depan jasad kedua abdinya, Ajisaka membuat puisi yang dikenal sebagai hanacaraka atau aksara Jawa. Isi puisi tersebut diceritakan seperti di bawah ini.
Hanacaraka yang artinya terdapat dua utusan. Datasawala yang artinya mereka berbeda beda pendapat. Padhajayanya artinya mereka berdua sama kuatnya. Magabathanga yang artinya ini mayat mereka. Isi dari puisi diatas memiliki makna bahwa para urusan atau manusia wajib menaati tuannya,yakin Tuhan yang menciptakan mereka.
Aksara Jawa pada zaman dulu digunakan masyarakat Jawa untuk menulis cerita, primbon, tembang,dan sejarah menggunakan media tulis daun lontar. Itulah informasi singkat tentang asal usul aksara Jawa.